iklan

iklan

Sambutan Kepala Sekolah

Sambutan Kepala Sekolah

Minggu, 02 Agustus 2020

Google Classroom juga meraih peringkat pertama untuk kategori Pendidikan


  




Google Classroom menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Google Playstore dan Apple App Store, sejak sebagian sekolah dan universitas menerapkan kebijakan belajar dari rumah, untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Alih-alih menghentikan kegiatan belajar mengajar, banyak institusi pendidikan yang membuka kelas online dengan memanfaatkan sejumlah layanan, seperti Google Classroom, Zoom, dan lain sebagainya.

Aplikasi Google Classroom (Google Kelas) yang sebelum Maret 2020 tidak masuk daftar aplikasi terpopuler, kini berada di puncak daftar aplikasi Play Store gratis teratas, termasuk di wilayah Indonesia, berdampingan dengan whatsApp, Zoom, Tiktok, hingga Facebook.

Hingga berita ini ditayangkan, Google Classroom telah diunduh hingga lebih dari 50 juta kali. Prestasi ini tergolong luar biasa, sebab menurut riset App Brain, Google Classroom bahkan di luar daftar 100 aplikasi populer pada awal Maret ini. Jumlah unduhan meningkat drastis, dan pada 10 Maret lalu Google Classroom menembus 5 besar aplikasi populer di wilayah Amerika Serikat. dan menerima berbagai ulasan yang menyebutkan bahwa aplikasi keluaran Google ini sangat membantu pembelajaran jarak jauh. 

Seperti ulasan yang ditulis oleh Soraya Peterson yang merating Google Classroom dengan lima bintang. "Aplikasinya sangat bermanfaat. Memudahkan guru dan murid dalam belajar," tulisnya., Muhammad Fikri A. Dia menuliskan bahwa aplikasi ini menjadi cara belajar baru di zaman sekarang. Murid dapat tetap terhubung dengan guru meskipun saat di luar sekolah. "Zaman sekarang, kami tidak harus mendegarkan guru menerangkan materi di depan kelas, namun kami tetap bisa belajar dengan memanfaatkan teknologi ini meskipun berada di luar sekolah," tulisnya.

Sementara di toko aplikasi iOS App Store, Google Classroom juga meraih peringkat pertama untuk kategori Pendidikan dengan "#1 Education" dan rating 4.0.  Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Androidpolice, Selasa (31/3/2020),

selain populer di Indonesia, aplikasi ini juga diunduh secara masif di AS, Meksiko, Kanada, Finlandia, Italia, dan Polandia. (sumber :Kompas.com - 31/03/2020)


Google Classroom (GC) merupakan sebuah platform pendidikan yang membantu guru mengorganisir kelas virtualnya dengan baik. Banyak sekali fitur yang memudahkan pekerjaan guru, memperjelas komunikasi antara guru, siswa, kepala sekolah, dan  orangtua," jelas Ade Kiki Ruswandi, Ketua Divisi Pendidikan Matematika Eduversal Indonesia.

Lebih jauh Kiki menjelaskan, "Salah satu keunggulan Google Classroom adalah bisa terintegrasi dengan fitur-fitur Google for Education lainnya, seperti Google Drive, Google Docs, Google Slides dan yang lainnya." "Sebagian besar platform pendidikan lainnya pun bisa berintegrasi dengan Google Classroom.

Dengan fitur selengkap ini, Google Classroom ini tidak berbayar. Guru, maupun sekolah bisa mendaftarkan dirinya dengan mudah," tambahnya. Untuk pengguna baru, ia menyerankan dapat mendaftarkan diri di classroom.google.com, membuat kelas, dan membagikan kode kelas kepada siswa-siswanya.

Kemudian setelah semua siswa masuk ke kelas, bisa mengirimkan tugas disertai dengan info-info penting untuk penugasan seperti; batas waktu pengumpulan tugas, sistem penilaian dsb. "Tutorialnya bisa ditemukan di support google classroom juga.

Google Classroom menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan yang perlu dilakukan," ujar Kiki. Kiki juga menyampaikan beberapa tips dalam penggunaan fitur di Google Classroom yang dapat membantu guru dan siswa: Menggunakan "theme photo" sebagai "papan pengumuman" karena siswa selalu terekspossaat masuk ke laman muka Google Classroom mereka. Memaksimalkan fungsi "reuse post" untuk mengajar kelas pararel.

Dalam fitur ini guru dapat memilih dan mengirimkan ulang tugas dari kelas berbeda. Selain itu fitur ini juga dapat digunakan untuk saling berbagi dengan guru yang mengampu mata pelajaran atau kelas yang sama. Menggunakan emoji untuk memberi penekanan atau meng-highlight sebuah tugas agar menjadi perhatian khusus siswa. Digunakan sebagai asesmen "Di Google Classroom guru bisa memberikan penilaian dan feedback secara real time.

Di Google Classroom siswa bisa mengakses materi ajar dan penugasan yang diberikan oleh guru, siswa juga bisa mengumpulkan tugas, dan melihat nilai dari masing-masing penugasan," terang Kiki. Lebih jauh Kiki menerangkan Google Classroom memungkinkan guru mengirimkan tugas kepada seluruh kelas maupun kepada siswa tertentu. Tugas pun dapat dikategorikan berdasarkan tingkat kesulitan atau penilaian; PR, test atau quiz, midtest, project dan lainnya. "Pengkategorian ini akan memudahkan guru jika penilaian diberikan berdasarkan bobot nilai setiap asesmen. Ini memungkingkan guru menilai atas beberapa aspek, tidak hanya satu aspek sehingga penilaian menjadi obyektif," tambahnya lagi.

Ada pula fungsi tenggat waktu di mana fitur ini tidak hanya memberikan batas waktu, namun juga terintegrasi dengan Google Calender sehingga siswa dapat mngatur skala prioritas dan guru juga mengetahui beban tugas siswa. Selain itu, ada pula fitur di mana guru dan siswa dapat saling memberi umpan balik maupun komentar atas tugas penilaian yang diberikan.

"Di akhir semester guru dapat mengunduh nilai siswa dari masing-masing siswa dalam bentuk Google Sheet untuk disalin ke dalam rapor berdasarkan urutan jelas, baik berdasarkan penugasan atau berdasarkan tiap siswa," ujarnya. Kiki menyampaikan jika sudah terintegrasi dengam Google Suite, orangtua dapat dilibatkan untuk mengetahui tugas yang belum dan sudah dikerjakan siswa serta aktifitas yang sudah diberikan dalam minggu itu.
  "New normal" pembelajaran siwa "Jadi Google Classroom ini bukan hanya untuk pembelajaran jarak jauh, tapi untuk pembelajaran normal pun sangat membantu. Siswa bisa mengetahui dengan gampang tugas-tugas mana saja yang harus dikumpulkan dan kapan deadline nya," lanjut Kiki. Ia menambahkan dengan Google Classroom proses pembelajaran terpusat di satu tempat, meskipun banyak penjelasan yang dilakukan di kelas sungguhan.

"Jadi saya menyarankan google classroom ini dipakai di pembelajaran sehari-hari meskipun pandemi ini sudah berakhir," ujarnya. "Di masa sekarang, guru betul-betul terbantu dengan mulai banyak aplikasi-aplikasi, website pendidikan yang memudahkan pekerjaan guru.

Saya berharap guru-guru tidak menganggap bahwa mempelajari hal baru tentang teknologi itu sebagai sebuah beban kerja tambahan untuk guru," kata Kiki. Justru sebaliknya, lanjutnya, dengan menguasai dan memahami masing-masing fungsi, itu akan sangat memudahkan pekerjaan guru.

"Membuat pekerjaan menjadi lebih sistematis, memudahkan proses penilaian, dan memudahkan proses komunikasi dengan siswa," tegasnya. Menurutnya, menggunakan teknologi dalam pendidikan bukanlah tujuan akhir guru.

Tujuan akhir guru adalah bagaimana memfasilitasi siswa-siswa kita agar mereka semakin mampu menjadi pembelajar yang lebih baik. "Tujuan akhir kita adalah tercapainya indikator profil pelajar Indonesia pancasila yang dicanangkan Menteri Pendidikan; siswa bernalar kritis, mandiri, kreatif, berkebhinekaan tunggal, dan berakhlak mulia," tutupnya.

(sumber : Kompas.com - 16/05/2020,)