Google Classroom menjadi aplikasi gratis yang
paling banyak diunduh di Google Playstore dan Apple App Store, sejak sebagian
sekolah dan universitas menerapkan kebijakan belajar dari rumah, untuk mencegah
penyebaran pandemi Covid-19. Alih-alih menghentikan kegiatan belajar mengajar,
banyak institusi pendidikan yang membuka kelas online dengan memanfaatkan
sejumlah layanan, seperti Google Classroom, Zoom, dan lain sebagainya.
Aplikasi Google Classroom (Google Kelas) yang
sebelum Maret 2020 tidak masuk daftar aplikasi terpopuler, kini berada di
puncak daftar aplikasi Play Store gratis teratas, termasuk di wilayah Indonesia,
berdampingan dengan whatsApp, Zoom, Tiktok, hingga Facebook.
Hingga berita ini ditayangkan, Google Classroom
telah diunduh hingga lebih dari 50 juta kali. Prestasi ini tergolong luar
biasa, sebab menurut riset App Brain, Google Classroom bahkan di luar daftar 100
aplikasi populer pada awal Maret ini. Jumlah unduhan meningkat drastis, dan
pada 10 Maret lalu Google Classroom menembus 5 besar aplikasi populer di
wilayah Amerika Serikat. dan menerima berbagai ulasan yang menyebutkan bahwa aplikasi
keluaran Google ini sangat membantu pembelajaran jarak jauh.
Seperti ulasan yang ditulis oleh Soraya
Peterson yang merating Google Classroom dengan lima bintang. "Aplikasinya
sangat bermanfaat. Memudahkan guru dan murid dalam belajar," tulisnya.,
Muhammad Fikri A. Dia menuliskan bahwa aplikasi ini menjadi cara belajar baru
di zaman sekarang. Murid dapat tetap terhubung dengan guru meskipun saat di
luar sekolah. "Zaman sekarang, kami tidak harus mendegarkan guru
menerangkan materi di depan kelas, namun kami tetap bisa belajar dengan
memanfaatkan teknologi ini meskipun berada di luar sekolah," tulisnya.
Sementara di toko aplikasi iOS App Store,
Google Classroom juga meraih peringkat pertama untuk kategori Pendidikan dengan
"#1 Education" dan rating 4.0. Sebagaimana dirangkum
KompasTekno dari Androidpolice, Selasa (31/3/2020),
selain populer di Indonesia, aplikasi ini juga
diunduh secara masif di AS, Meksiko, Kanada, Finlandia, Italia, dan Polandia.
(sumber :Kompas.com - 31/03/2020)
Google Classroom (GC) merupakan sebuah platform pendidikan yang membantu guru mengorganisir kelas virtualnya dengan baik. Banyak sekali fitur yang memudahkan pekerjaan guru, memperjelas komunikasi antara guru, siswa, kepala sekolah, dan orangtua," jelas Ade Kiki Ruswandi, Ketua Divisi Pendidikan Matematika Eduversal Indonesia.
Lebih jauh Kiki menjelaskan, "Salah satu
keunggulan Google Classroom adalah bisa terintegrasi dengan fitur-fitur Google
for Education lainnya, seperti Google Drive, Google Docs, Google Slides dan
yang lainnya." "Sebagian besar platform pendidikan lainnya pun bisa
berintegrasi dengan Google Classroom.
Dengan fitur selengkap ini, Google Classroom ini tidak
berbayar. Guru, maupun sekolah bisa mendaftarkan dirinya dengan mudah,"
tambahnya. Untuk pengguna baru, ia menyerankan dapat mendaftarkan diri di
classroom.google.com, membuat kelas, dan membagikan kode kelas kepada
siswa-siswanya.
Kemudian setelah semua siswa masuk ke kelas,
bisa mengirimkan tugas disertai dengan info-info penting untuk penugasan
seperti; batas waktu pengumpulan tugas, sistem penilaian dsb. "Tutorialnya
bisa ditemukan di support google classroom juga.
Google Classroom menjelaskan secara rinci
tahapan-tahapan yang perlu dilakukan," ujar Kiki. Kiki juga menyampaikan
beberapa tips dalam penggunaan fitur di Google Classroom yang dapat membantu
guru dan siswa: Menggunakan "theme photo" sebagai "papan
pengumuman" karena siswa selalu terekspossaat masuk ke laman muka Google Classroom mereka. Memaksimalkan fungsi "reuse post" untuk mengajar kelas
pararel.
Dalam fitur ini guru dapat memilih dan
mengirimkan ulang tugas dari kelas berbeda. Selain itu fitur ini juga dapat
digunakan untuk saling berbagi dengan guru yang mengampu mata pelajaran atau
kelas yang sama. Menggunakan emoji untuk memberi penekanan atau
meng-highlight sebuah tugas agar menjadi perhatian khusus siswa. Digunakan
sebagai asesmen "Di Google Classroom guru bisa memberikan penilaian dan feedback secara
real time.
Di Google Classroom siswa bisa mengakses materi ajar dan
penugasan yang diberikan oleh guru, siswa juga bisa mengumpulkan tugas, dan
melihat nilai dari masing-masing penugasan," terang Kiki. Lebih jauh Kiki
menerangkan Google Classroom memungkinkan guru mengirimkan tugas kepada seluruh kelas maupun
kepada siswa tertentu. Tugas pun dapat dikategorikan berdasarkan tingkat
kesulitan atau penilaian; PR, test atau quiz, midtest, project dan lainnya.
"Pengkategorian ini akan memudahkan guru jika penilaian diberikan
berdasarkan bobot nilai setiap asesmen. Ini memungkingkan guru menilai atas
beberapa aspek, tidak hanya satu aspek sehingga penilaian menjadi
obyektif," tambahnya lagi.
Ada pula fungsi tenggat waktu di mana fitur
ini tidak hanya memberikan batas waktu, namun juga terintegrasi dengan Google
Calender sehingga siswa dapat mngatur skala prioritas dan guru juga mengetahui
beban tugas siswa. Selain itu, ada pula fitur di mana guru dan siswa dapat
saling memberi umpan balik maupun komentar atas tugas penilaian yang diberikan.
"Di akhir semester guru dapat mengunduh
nilai siswa dari masing-masing siswa dalam bentuk Google Sheet untuk disalin ke
dalam rapor berdasarkan urutan jelas, baik berdasarkan penugasan atau
berdasarkan tiap siswa," ujarnya. Kiki menyampaikan jika sudah
terintegrasi dengam Google Suite, orangtua dapat dilibatkan untuk mengetahui
tugas yang belum dan sudah dikerjakan siswa serta aktifitas yang sudah
diberikan dalam minggu itu.
"Jadi saya menyarankan google classroom
ini dipakai di pembelajaran sehari-hari meskipun pandemi ini sudah
berakhir," ujarnya. "Di masa sekarang, guru betul-betul terbantu
dengan mulai banyak aplikasi-aplikasi, website pendidikan yang memudahkan
pekerjaan guru.
Saya berharap guru-guru tidak menganggap
bahwa mempelajari hal baru tentang teknologi itu sebagai sebuah beban kerja
tambahan untuk guru," kata Kiki. Justru sebaliknya, lanjutnya, dengan
menguasai dan memahami masing-masing fungsi, itu akan sangat memudahkan
pekerjaan guru.
"Membuat pekerjaan menjadi lebih
sistematis, memudahkan proses penilaian, dan memudahkan proses komunikasi
dengan siswa," tegasnya. Menurutnya, menggunakan teknologi dalam
pendidikan bukanlah tujuan akhir guru.
Tujuan akhir guru adalah bagaimana
memfasilitasi siswa-siswa kita agar mereka semakin mampu menjadi pembelajar
yang lebih baik. "Tujuan akhir kita adalah tercapainya indikator profil
pelajar Indonesia pancasila yang dicanangkan Menteri Pendidikan; siswa bernalar
kritis, mandiri, kreatif, berkebhinekaan tunggal, dan berakhlak mulia,"
tutupnya.
(sumber : Kompas.com - 16/05/2020,)
(sumber : Kompas.com - 16/05/2020,)